Jumat, 24 Juli 2020

KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

7. Klasifikasi Keanekaragaman Hayati

Klasifikasi ini sangat penting dalam mengenali makhluk hidup. Cabang ilmu biologi yang mempelajari hal ini adalah taksonomi. Klasifikasi ini juga dibuat agar suatu makhluk hidup memiliki nama yang sama di setiap daerah di belahan bumi ini.

7.1 Tujuan dan Manfaat Klasifikasi

Klasifikasi atau pengelompokan makhluk hidup ini bertujuan agar makhluk hidup sebagai objek studi menjadi lebih mudah untuk dipelajari. Kegiatan klasifikasi ini juga sudah ada sejak manusia ada, dahulu kala manusia mungkin hanya mengelompokan makhluk hidup menjadi hewan dan binatang saja, namun sekarang sistem klasifikasi sudah sangat kompleks.

Manfaat klasifikasi bagi manusia adalah:

  • untuk memudahkan penelitian dan memberi nama spesies-spesies yang baru ditemukan,
  • untuk dipelajari agar keanekaragaman hayati tetap terjaga, dan
  • untuk mengetahui hubungan antara organisme satu dengan lainnya.

7.2 Proses Klasifikasi

Proses klasifikasi ini berdasarkan tingkat kekerabatan dan kesamaan antar makhluk hidup. Misalnya sapi dan kerbau memiliki bentuk yang memiliki banyak kesamaan oleh karena itu termasuk ke dalam kelompok mamalia.

7.3 Tata Nama Makhluk Hidup

Hingga pada abad ke-18 nama-nama suatu spesies masih menggunakan bahasa latin yang panjang. Setelah itu Carolus Linnaeus memperkenalkan sistem penamaan spesies yang baru, yaitu sistem binomial yang menggantikan sistem penamaan polinomial yang panjang.

Sistem penulisan spesies yang dikembangkan oleh Linnaeus sampai saat ini masih dipakai oleh para ahli taksonomi. Prinsip dari sistem binomial ini adalah:

  • Menggunakan bahasa latin
  • Menggunakan kategori
  • Menggunakan dua kata

Dalam pengklasifikasiannya, makhluk hidup dikelompokkan dalam kelompok besar hingga kelompok kecil yang disebut dengan takson.

Kategori yang digunakan oleh Linnaeus kala itu adalah kingdom, filum atau divisi, kelas, ordo, suku, genus, dan spesies. Klasifikasi ini berdasarkan ciri-ciri umum yang kemudian semakin rendah tingkatan takson maka makhluk hidup dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang khusus.

Sejak zaman Aristoteles sampai pertengahan abad ke-20, makhluk hidup hanya dibagi ke dalam dua kingdom, yaitu plantae dan animalia.

Setelah ditemukannya mikroskop, biologiawan Jerman bernama Ernst Haeckel mengusulkan satu kingdom baru yaitu Protista untuk bakteri.

Pada tahun 1937, Edouard Chatton mengusulkan adanya superkingdom Prokariota untuk bakteri dan Eukariota untuk jasad renik lainnya.

Setelah mikroskop elektron ditemukan, maka pada tahun 1969 R H Whittaker mengusulkan klasifikasi lima kingdom. Lima kingdom ini adalah monera, protista, fungi, plantae, dan animalia.

Pada tahun 1977 Carl Woese, mengelompokan monera menjadi dua kelompok yang berbeda sehingga klasifikasi kingdom makhluk hidup menjadi archaebacteria, eubacteria, protista, fungi,  plantae, dan animalia.

Usaha-usaha penamaan makhluk hidup ini secara internasional sudah dimulai sejak tahun 1867 untuk tumbuhan dan 1898 untuk hewan. Saat ini dalam dunia biologi juga telah dikenal kode internasional tata nama tumbuhan (International Code of Botanical Nomenclature)  dan kode internasional tata nama hewan (International Code of Zoological Nomenclature).

7.4 Penamaan Tingkat Takson

Terdapat beberapa aturan untuk menamai suatu tingkatan takson makhluk hidup.

1. Nama jenis atau spesies

Berikut adalah ketentuan dalam penulisan suatu spesies makhluk hidup:

  • Huruf pertama yang menunjukan marga ditulis kapital dan kata kedua yang menunjukan spesies ditulis huruf kecil semua (contohnya Macaca fascicularis).
  • Jika ditulis tangan, kata pertama dan kata kedua diberi garis bawah (Paraserianthes falcataria). Jika dicetak maka nama spesies dicetak miring (Paraserianthes falcataria).
  • Jika nama penunjuk jenis lebih dari satu kata maka gunakan tanda hubung (Hibiscus rosa-sinensis).

Nama jenis hewan yang lebih dari tiga kata tidak menggunakan tanda sambung dan untuk penulisan varietas menggunakan huruf “var.” sebelum nama varietasnya (Hibiscus sabdarifa var. alba).

Jika kata penunjuk jenis merupakan nama dari penemunya maka ditambahkan huruf (i), misalnya Pinus merkusii yang ditemukan oleh Merkus.

2. Nama genus

Nama marga atau genus terdiri atas satu kata tunggal. Awal huruf dari kata yang menunjukan marga ditulis kapital.

3. Nama suku

Nama suku diambil dari nama genus dengan ditambahkan akhiran -aceae untuk tumbuhan dan akhiran -idae untuk hewan (misalnya Solanaceae).

4. Nama ordo

Nama ordo pada tumbuhan diberikan akhiran -ales, sedangkan untuk hewan tidak ada aturan khusus.

5. Nama kelas

Nama kelas pada tumbuhan biasanya diberi akhiran -opsida, namun pada hewan tidak ada aturan tertentu.

6. Nama filum atau divisi

Nama divisi biasanya diberi akhiran suku kata -phyta, namun pada hewan tidak ada aturan yang khusus.

Referensi:

Pratiwi D A, Maryati S, Srikini, Suharno, Bambang S. 2006. Biologi. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.

Kuswanda W P, Mudiana, Ginting J. 2009. Potensi dan Strategi Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Batang Gadis [internet] [http://bpk-aeknauli.org/] diakses 3 April 2009.

Pahlewi R B. 2017. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu (Lepidoptera) di Tiga Kondisi Habitat di Resort Cangkringan Taman Nasional Gunung Merapi [skripsi]. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Rahayu G A. 2016. Keanekaragaman dan Peranan Fungsional Serangga pada Area Reklamasi di Berau, Kalimantan Timur [magister]. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

VAKSIN

  Definisi dan Ringkasan Vaksin merupakan salah satu cara terpenting dan tepat guna untuk mencegah penyakit dan menjaga kondisi tubuh. Vaksi...